Aku menamakannya Proses

Menuangkan sebuah ide ke dalam bentuk cerita pendek bagi seorang penulis, bisa saja diselesaikannya dalam kurun waktu sehari, etengah hari, tiga jam, dua jam, atau malah satu jam!

Tapi, sejatinya tiap-tiap penulis memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan cerpennya. Itu terpengaruh oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal si penulis tersebut.
Ada cerpen yang selesai secara fisik, tapi belum secara ruh. Ada cerpen yang masih perlu rewrite/editing lagi seperti alur cerita, logika, penggambaran karakter, ejaan, bahkan perlu terkadang ada perombakan sebagian atau bisa jadi keseluruhan isi cerpen.
Sebegitu sulitkah menulis cerpen?, bagiku ini sebuah kenikmatan sendiri, entahlah. Tapi untuk menulis cerpen yang bermutu, aku rasa harus mengikuti rewriting yang tidak hanya sekali, tapi berkali-kali.
Justru disini TANTANGANNYA!, bagaimana kita akan bisa meningkatkan kualitas tulisan. Namun, bila dikatakan bahwa sebuah cerpen itu tergarap selama sebulan!. Anda mungkin pernah dengar seperti itu, tapi pernahkah mengalaminya?, proses rewrite, pemangkasan kalimat-kalimat yang kurang pas, perombakan paragraf-paragrafnya, atau menyetting sebuah plot yang khas, sehingga dalam alam bawah sadarnya pembaca akan mereview kembali potongan klimaks dari sebuah cerpen tersebut.
Sebenarnya aku mau mengisahkan perjalanan ’prosesku’, maukah mendengarnya?, kuharap ada setitik manfaatnya nanti. Semoga.
Mulanya, mendapat kabar ada lomba cipta cerpen dan baca Puisi dari Harian Global itu sendiri. Memang, hari sabtu adalah hari dimana aku memang mulai mewajib diri membeli Global. Segera kabar ini kushare ke kawan-kawan di KOMA dan komunitas lainnya.
Sepulangnya dari berkumpul di punggung* aku menilik stok cerpen di folder komputerku. Lelaki yang Menunda Damai, Pada Sebuah Perjalanan dan Kembalinya Si Baen (KSB). Cerpen-cerpen itu sudah siap secara fisik, tapi kurang menggigit di endingnya – terutama KSB. Tema cerpen yang Sosial memang pas dengan gaya tulisanku yang kerap mengangkat tema sosial humanis dan sedikit berbau psikologis yang melankolis.
Maka menimbang waktunya yang sudah dekat, dan aku pun harus bergumul kembali ke Skripsiku, maka aku putuskan KSB yang ku kirim ke Global. Segera ku obrak abrik KSB, hingga beberapa kali –mungkin sudah puluhan kali. Di print, di edit, rewrite, rombak, acak, buang dan akhirnya kelar juga KSB yang menurutku layak aku kirimkan mengikuti lomba. Kalau tidak salah selesainya tanggal 4 Mei 2010, sementara dituangkannya KSB dalam bentuk embrio cerpen mulai 15 Maret 2010. Aku mengirimkan karya tanggal 07 Mei 2010 tepat sehari sebelum penutupan karya yang masuk. Soalnya Minggu harus pulang ke Siantar, My Sister married.
Dari kisah perjalanan aku dan kawan-kawan dari KOMA ke Harian Global saja sudah menguji kesungguhan kami dalam mengikuti lomba ini – anak KOMA tahu ceritanya, hehe kita kan sama ke sana.
Menutup, memang hal di atas kupraktekkan dalam penulisan cerpenku, walau sungguh, sebagai pemula masih sangat banyak harus belajar – terimakasih kepada dewan juri atas kritiknya yang membangun. Dan, Jum’at kemarin ( 21/05/2010) rasanya tidak percaya, bahwa KSB masuk 7 besar dan akhirnya yang menjadi salah satu pemenang Lomba Cipta Cerpen HUT Ke 4 Harian Global Medan Sumatera Utara.
Harian Global memang memiliki rubrik Sastra yaitu Kalam yang merupakan salah satu wadah dan barometer sastra di Sumut dan Indonesia. Digawangi oleh Bang Teja purnama rubrik ini hadir menandaskan dahaga bacaan sastra.Rubrik ini muncul tiap hari sabtu.

punggung* : lantai ter atas kampus ( beratap langit, berdinding angin)

REDA

Pahamilah aku dalam batu
resapilah ragu atas renung
kuharap tak kan terbit
kerling gerimisku di pagimu
aku tak kan begitu dik
walau lebat mengikis tak apa,
kan kualirkan semua
kan kuresap ia di sekat kerontangku
moga lekas kau susur genangku.

JEJAK di Internet.

Jejak Kelana (CERPEN )

PAK UBAN ( CERPEN )

Perjalanan KOMA ( di taman MRaudah jambak )

Beberapa jejak postinganku di situs lain

Sepenggal Proposalku

Ringkasan Eksekutif

Kegiatan ini bernama Pelatihan dan Penerbitan Tulisan Feature Sebagai Media Mengenal Jurnalisme Sastrawi Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Se-Sumatera Utara. Adapun tema yang diangkat adalah “Peningkatan Budaya Menulis Sebagai Sarana Mengembangkan Intelektualitas dan Kreativitas Untuk Menjawab Tantangan Dunia Kerja” yang memiliki visi pengembangan kompetensi mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai upaya untuk memaksimalkan lulusan yang berkualitas, Melestarikan bahasa dan sastra Indonesia untuk memperkokoh eksistensi bahasa nasional serta memperat tali silaturahmi antar mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se- Sumatera Utara dan menambah wawasan mahasiswa terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.

Untuk mewujudkan visi di atas akan dilakukan berbagai kegiatan, yaitu Pelatihan menulis feature sebagai media mengenal jurnalisme sastrawi serta Kompetisi penulisan feature dan pembuatan antologi feature yang bertema “Medan, tanah bertuah negeri beradat”

<>

Greeting Say

sekeping lara untuk Dara

keping ini kusuguhkan
tepat di saat langkahmu
menukik di lindap hari
biar kau tahu:
saat ini yang kau butuhkan
adalah pesan duka
pada kerlip dara

karena serenada pelangi
karena dentang hati

Siapa AKU sebenarnya

Muhammad Anhar 'Husyam'.

Lahir dan besar di Karang Sari, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa S1 Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UMN AW Medan. Sebelumnya, sempat belajar program Informatika Komputer di Pematang Siantar.

Anhar banyak belajar menulis secara otodidak. Saat ini, giat menulis berbagai tema cerita pendek pada media lokal dan nasional, serta aktif mengelola Komunitas Pecinta Membaca dan Berkarya UMN AW (KOMA)bersama teman-temannya. Dan ikut dalam kepengurusan di komunitas penulis muda Sumatera Utara . Cerpennya “Pak Uban” terangkum dalam Antologi Cermin HMJ BSI Se SUMUT (Labsas Medan, 2009). Email: masbaen[at] yahoo.com. beberapa tulisannya dapat dibaca juga di emhabahagia.wordpress.com.